Terapi hepatitis C kronis sejak dini dapat mencegah perkembangan ke arah pengerasan hati (sirosis) dan kanker hati (hepatoseluler karsinoma).
"Infeksi hepatitis C bisa diobati dan sebagian besar dapat disembuhkan. Hasil penelitian selama 10 tahun menunjukkan pengobatan dini dapat mencegah sirosis serta menurunkan resiko kanker hati dan kematian. Biaya perawatan juga jadi bisa ditekan," kata Ketua Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia (PPHI) Dr. Unggul Budihusodo, SpPD, KGEH.
Menurut dia, terapi hepatitis C terutama ditujukan untuk melenyapkan virus, menghentikan perkembangan penyakit dan menghilangkan gejala penyakit yang antara lain ditandai dengan perut buncit, kaki bengkak dan tubuh menguning.
Standar emas terapi hepatitis C saat ini,
kata dia, adalah pengobatan dengan kombinasi pegylated interferon alfa dan ribavirin dengan lama terapi tergantung pada genotipe HCV.
kata dia, adalah pengobatan dengan kombinasi pegylated interferon alfa dan ribavirin dengan lama terapi tergantung pada genotipe HCV.
"Keberhasilan terapi dipengaruhi faktor genotipe virus, jumlah virus, usia penderita, kondisi penyakit, saat memulai terapi dan kepatuhan pasien selama terapi," katanya.
Lebih lanjut dia menjelaskan, radang hati kronis akibat infeksi virus hepatitis C (HCV) tidak menunjukkan gejala awal yang bisa dikenali sehingga sekitar 90% orang yang mengidap hepatitis C tidak sadar dirinya terinfeksi.
"Sekitar 80-90% kasus menunjukkan gejala dan tanda yang minimal. Gejala baru terlihat ketika komplikasi sudah terjadi pada tahap lanjut, saat sudah parah," katanya.
Perkembangan penyakit hati dari infeksi awal HCV hingga menjadi kanker hati, menurut dia, juga cukup lama yakni antara 20 tahun hingga 30 tahun.
Oleh karena itu, lanjut dia, harus dilakukan pemindaian pada kelompok yang berisiko tinggi terinfeksi hepatitis C untuk menemukan sedini mungkin kasus infeksi hepatitis C dan menanganinya segera.
Pemerintah bersama pemangku kepentingan terkait harus memastikan sistem surveilans penyakit berjalan efektif untuk meningkatkan temuan kasus infeksi yang menular lewat kontak dengan darah dan cairan tubuh terinfeksi antara lain melalui transfusi darah, hubungan seks tidak aman, tato, tindik dan injeksi dengan jarum suntik itu.
Diagnosis infeksi hepatitis C, menurut Unggul, dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaan virus hepatitis C dalam darah dengan pemindaian anti-HCV dan HCV RNA kuantitatif. (ant/cax)
sumber:kapanlagi.com