- Anggi Meyriski korban pembunuhan sadis Ari Petak (16/6).
Di bawah batang kakao, areal pemakaman Masjid Raya Gantiang, agak ke kiri dari pintu masuk, sebuah kuburan tampak terawat. Gundukan tanahnya masih tinggi. Di kayu nisan tertulis nama Angraini Maireski Binti Zaldinar, wafat 16 Juni 2009. Ya, di situlah, jasad Anggi, Siswa SMP Negeri 1 Padang yang tewas dibunuh dan diperkosa Ari Petak (32) “berdiam” hampir satu bulan.
Pada malam-malam tertentu, kuburan Anggi menebarkan bau wangi, persis bunga melati. Bahkan, warga sekitar kuburan sering melihat penampakan sesosok tubuh terselubung kain putih berdiri di bawah pohon kakao sambil menangis. Sosok itu merintih, mengiba hingga membuat warga sekitar terjaga. Ada apa sebenarnya?
“Alah tu, ndak talok lai, ampun. Lapehan awak” perkataan itulah yang selalu keluar dari sesosok tubuh berambut panjang dan berkain putih yang sering terlihat di bawah pohon kakao. Perkataan itu diselingi rintihan yang memilukan. Warga sekitar bergidik, tapi bagi mereka, hal mistik semacam itu sudah biasa.
Salah satu warga yang melihat persis penampakan adalah garin atua penjaga Masjid Raya Gantiang bernama Azan. Waktu itu, sekitar Pukul 03.00 WIB dini hari Azan terbangun dari tidurnya. Dia mendengar tangisan pilu. Perlahan pemuda tersebut keluar, memastikan apa yang sedang terjadi. Waktu itu, persis malam ke empat Anggi dikubur. Suasana senyap, rintihan pilu semakin nyaring terdengar. Azan bergidik, bulu tengkuknya berdiri.
“Saya kira pemuda daerah ini sedang bedagang dan membawa wanita. Lalu saya keluar untuk menasehatinya. Tapi rupanya di luar sunyi. Suara itu tetap terdengar dan berasal dari makam. Tubuh merinding. Saya kuat-kuatkan hati untuk melirik ke arah pandam pekuburan. Ternyata benar, di bawah batang Kakao atau tepatnya dekat kuburan Anggi berdiri sesosok tubuh berkain putih. Dialah yang menangis. Saya lari karena takut. Anehnya, ada bau wangi,” terang Azan sebagaimana dilontarkan penjaga makam bernama Madi (40).
Tak hanya Azan yang melihat penampakan dekat kuburan Anggi. Madi, sang juru kunci makam mungkin adalah orang yang paling sering melihat penampakan. Bahkan, Madi lah yang pertama sekali mencium bau wangi dari kuburan Anggi. “Baunya wangi sekali, seperti bau bunga melati. Saya saja terlena karena baunya. Gejala ini terjadi sejak Anggi dikuburkan di sini. Tapi, tak jarang juga ada penampakan dekat kuburan anak SMP itu,” beber Madi yang berkulit hitam dan agak ceking.
Tanpa berniat merekayasa dan sesuai dengan pengalaman yang dia punya sejak jadi juru makan pada 2002 yang lalu, Madi mengatakan kalau nyawa Anggi belum akan tenang selama kasusnya masih mengambang. Madi mengungkapkan, seharusnya keluarga si mayat datang kembali untuk tahlilan di kuburannya. Jangan hanya sekali lalu dan tak pernah datang lagi. Bau wangi yang menyebar dia pastikan berasal dari kuburan Anggi.
“Dia sering menangis pilu dan berteriak. Penglihatan mata bathin saya mengatakan kalau ada yang tak beres dengan kuburan di bawah batang Kakao itu. Lalu saya cari tahu, ternyata arwahnya tak tenang. Dia butuh ditahlilkan. Keluarganya hanya datang sekali dan tak pernah kembali lagi. Kasihan, nampaknya dia tak tenang. Aku sering melihat penampakan itu, dia selalu menangis dan tak berani memandang pada saya,” beber pria yang pernah terjerumus ke lembah hitam waktu masih bujangan itu.
Ayah Anggi yang ditemui media ini pada Senin lalu juga tak menampik kalau kuburan anaknya mengeluarkan aroma wangi. “Memang, kata warga di sana, kuburan Anggi mengeluarkan bau wangi. Selain itu, tanah kuburannya tetap tinggi. Padahal saya cemas kalau kuburan anak saya akan rusak karena hujan beberapa hari yang lalu. Rupanya tidak, kuburannya utuh,” kata Zaldinar. (*)
Sepenggal Kisah Pemandi Jenazah
Bagi kebanyakan orang, pekerjaan memandikan jenazah adalah pekerjaan yang mengerikan. Namun bagi Sumaryadi (39) dan Nurhayati (34), pekerjaan tersebut merupakan tanggung jawab dan tugas mulia sesama manusia. Malahan Sumaryadi, ikut terlibat memandikan “S”, seorang bocah baru saja meninggal akibat flu babi.
Sumaryadi dan Nurhayati, keduanya merupakan petugas yang bekerja di RSUP Dr M Djamil sebagai pemandi mayat atau jenazah. Sumardi bertugas untuk memandikan jenazah pria dan Nurhayati memandikan jenazah wanita.
Ketika Sulthani, korban yang meninggal akibat flu babi dimandikan, Yadi pun ikut memandikan dibantu oleh kakek Sulthani, serta Berlian, satpam di instalansi kamar jenazah yang bertugas untuk mengangkat Sulthani.
Yadi mengutarakan, sebenarnya ada rasa takut dalam dirinya akan terkena virus flu babi saat memandikan Sulthani. Namun rasa takut itu hilang ketika mengingat pekerjaan ini merupakan bentuk tanggung jawab serta kewajiban sesama manusia.
“Kita telah memakai masker serta pakaian standar dalam pencegahan penularan penyakit yaitu scord namanya. karena sudah memenuhi standar, saya tidak perlu kuatir lagi. Mayatpun sudah dikasih cairan klorin, untuk membunuh kuman-kuman yang ada pada tubuh jenazah,” jelasnya yang diamini oleh Berlian.
Yadi memandikan jenazah ada atas permintaan keluarga jenazah serta jenazah yang terlantar yang tidak ada kelurganya. Jenazah yang pernah dimandikan di antara kasus kecelakaan, rabies, HIV, flu burung, dan yang terbaru adalah flu babi. Kalau dihitung sudah tidak terhitung lagi berapa jumlah jenazah yang dimandikannya.
Dari pekerjaannya sekarang, Yadi yang tinggal di kampung Nias ini bisa menghidupi istri serta ketiga anaknya.
Yadi sendiri sudah bertugas di Rumah Sakit tersebut sejak 10 tahun yang lalu, dan baru benar-benar terlibat untuk memandikan sejak tiga tahun yang lalu tepatnya tahun 2006. Awalnya dia seorang cleaning service di rumah sakit tersebut. Tugasnya membersihkan sesudut ruangan yang ada disana termasuk ruangan kamar mayat.
Dari sanalah awal dia diajak untuk ikut bantu-bantu memandikan dan akhirnya menjadi petugas utama untuk memandikan jenazah semenjak tahun 2006.
Yadi mengaku tidak ada rasa rasa takut yang dirasakannya ketika memandikan jenazah, walaupun kondisi jenazah tidak dalam keadaan baik sekalipun. Sejak kecil Yadi mengaku sering keluyuran malam hingga Pukul 03.00 malam.
“Dulu waktu kecil saya berencana mau nonton layar tancap, biar cepat sampainya, akhirnya saya berinisiatif memotong jalan. Tiba-tiba saya tersandung, ternyata itu kuburan, saya cuma bisa mengumpat saja,” ungkapnya.
Yadi sendiri berasal dari Kebumen, Jawa Tengah. Mulai hijrah ke Kota Padang tahun 1993 dan awalnya bekerja sebagai kuli serta pembantu juru masak di Hotel Bumi Minang.
Ketika ada lowongan dari RSUP M Djamil, dia tidak menyia-nyiakan kesempatan emas tersebut. Dia diterima sebagai cleaning service di rumah sakit terbesar di Sumbar tersebut, sehingga akhirnya dia bertugas memandikan jenazah.
Sementara itu Nurhayati, petugas yang memandikan jenazah wanita, dan baru dua bulan bertugas. Sebelumnya yang bertugas memandikan adalah Amak Meti, mengingat kondisi yang tua, akhirnya Nur menggantikan Mak Meti.
Selama dua bulan tersebut, berbeda dengan Yadi, Nur cuma baru memandikan empat jenazah wanita. Salah satunya, memandikan Anggi, Siswa SMP 1 Padang yang baru-baru ini menjadi berita heboh di Kota Padang.
“Ketika saya memandikan Anggi, ada rasa iba dalam diri saya melihat kondisinya,” katanya. Nur menggakui sangat menikmati pekerjaan yang digelutinya sekarang ini. (*)PADANG-TODAY.COM
Usai Diperkosa, Siswi SMPN 1 Dibunuh
Petugas keamanan memperlihatkan jasad Anggi kepada anggota keluarga di kamar jenazah RSUP dr M Djamil, Selasa (16/6).
Padang, Padek–Pembunuhan sadis yang disertai pemerkosaan terjadi di Kota Padang. Siswi kelas 2 SMPN 1 Padang, Anggraini Mayreski, 13, menjadi korban perbuatan bejat itu. Jasadnya ditemukan dalam karung plastik dengan kondisi luka di sekujur tubuh. Penemuan jasad gadis belia itu sekitar pukul 12.00 WIB, Selasa (16/6), di Korong Kabun Pasa Usang, Sungaibuluah, Kecamatan Batanganai, Padangpariaman. Waktu pertama ditemukan, warga kesulitan mengenali identitas korban yang saat itu tanpa busana.
Identitas Anggi diketahui setelah warga menemukan seragam sekolah korban di dalam karung plastik itu. Dari informasi yang dihimpun Padang Ekspres di tempat kejadian perkara (TKP), penemuan jasad Anggi bermula ketika Ida, 40, warga Kabun Pasa Usang melihat dua pria bersepeda motor Yamaha RX King tanpa nomor polisi membuang karung plastik berisi sesuatu—yang terakhir diketahui berisi jasad Anggraini.
Kedua pria bersepeda motor itu datang dari arah Kota Padang. Setelah membuang karung plastik, si pengendara motor itu langsung kembali ke arah Kota Padang. Ida curiga, dan memberitahukan pada warga lainnya. Tak berapa lama, polisi dari Polsek Batanganai pun tiba dilokasi. Disaksikan warga, polisi membuka isi karung plastik tersebut. Alangkah terkejutnya warga ternyata isi karung itu mayad seorang gadis belia.
Di beberapa bagian tubuh dan kepala, penuh luka-luka memar. Dari hidung, tampak keluar darah. Jasad korban kemudian dievakuasi ke Puskesmas Pasar Usang. Di sini jasad korban sempat divisum. Setelah itu, korban dibawa ke RSUP Dr M Djamil Padang untuk menjalani visum lebih lanjut. Dari hasil visum diketahui bahwa korban diperkosa sebelum dibunuh.
Kesaksian Pelaku Pembunuh
Pembunuh Anggi
post metro Padang-Tersangka pelaku pemerkosaan dan pembunuhan sadis terhadap Anggraini Mayreski, Siswi SMP Negeri 1 Padang, mengaku habis menonton VCD Porno hingga berhasrat memperkosa korban.
Tersangka berinisial “HB” (32 th) mengatakan tidak memiliki niat untuk menghabis nyawa korban. Dia mengaku hanya berniat untuk memperkosa korban. Sebab, saat membonceng korban, tiba-tiba nafsu sahwatnya memuncak. Namun, karena korban menolak ajakan tersangka, maka ia nekat membunuh.
Berikut pengakuan tersangka kepada wartawan POSMETRO (Grup Padang Today) di ruang Reskrim Polres Padangpariaman, Rabu (17/6).
Pada pagi Selasa (16/6) lalu sekitar pukul 07.00 WIB Kata tersangka, dirinya ditelpon orang tua korban Roslaini untuk datang ke rumahnya. Dalam pembicaraan lewat telpon itu, Roslaini meminta tersangka untuk mengantarkan anaknya ke sekolahnya bersama sepeda motor ojeknya, karena telah biasa.
Tanpa membuang waktu, tersangka dari rumahnya langsung menuju rumah korban di Jati Parak Salai. Di rumah Roslaini, sang korban telah siap dengan seragam sekolahnya untuk berangkat ke SMP Negeri 1 Padang untuk mengikuti ujian naik tingkat. Akan tetapi, menjelang sampai di SMP 1 Padang, tersangka berhenti di rumahnya yang kebetulan bertetangga dengan rumah korban di Jati Parak Salai, dengan dalih ada suatu keperluan.
Sesampai di rumah, tersangka langsung masuk ke dalam rumahnya. Sementara itu korban menunggu dekat sepeda motor tersangka yang parkir di halaman rumahnya. Tidak lama kemudian tersangka memanggil korban untuk masuk ke dalam rumahnya. Entah karena tidak berprasangka buruk, Anggraini Mayreski langsung masuk ke dalam rumah tersangka. Saat itu, korban hanya masuk sampai ke pintu ruang tamu.
Tapi, jelas tersangka yang saat duduk dibangku sekolah STM memilih keahliannya pada bidang mesin las itu, korban diminta untuk terus masuk sampai ke ruang dapur dekat WC dan sumur rumahnya. Akhirnya, korban menuruti permintaan tersangka, meski korban sempat bertanya pada tersangka. Tapi, baru saja korban sampai di ruang dapur dekat pintu WC, tersangka langsung mengajak korban untuk berhubungan suami istri.
Seketika korban langsung menolak ajakan gila tersebut, karena korban mau sekolah dan ikut ujian naik kelas. Melihat situasi demikian tersangka langsung menutup mulut korban dengan tangan dan memukul kepalanya. Akibatnya, korban jatuh pinsan dan sadarkan diri. Tanpa membuang waktu tersangka mengontong korban ke dalam kamarnya. Dalam kamarnya tersangka melakukan perbuatan terkutuknya pada korban.
Sebelumnya, papar tersangka sambil menyantap lontongnya, tersangka mengambil gunting untuk memotong rok, BH, baju seragam serta celana dalam korban. Kemudian dalam kondisi pinsan tersangka mengaku langsung setubuhi korban. Setelah selesai ronde pertama hingga sampai puncaknya, tersangka langsung memasuki ronde ke dua. Setelah itu rasa cemas dirinya semakin tinggi, karena korban tidak bergerak lagi.
Makanya, tersangka berniat dan nekat membuang korban jauh-jauh. Atas dasar itu tersangka memasuki korban dalam posisi tanpa busana ke dalam karung plastik pupuk warna putih. Kemudian tersangka memasuki baju seragam korban yang telah terpotong-potong ke dalam karung plastik. Selanjutnya, tersangka membawa sendirian dengan sepeda motor ojeknya ke luar Kota Padang, tepatnya di Tempat Kejadian Peristiwa (TKP).
Tempat penemuan mayat korban dalam karung oleh masyarakat di Korong Kabun Pasar Usang Kanagarian Sungai Buluah Kecamatan Batang Anai, tepatnya di samping SPBU Palapa. Sebelumnya, aku tersangka, setelah ia membuang karung tersebut, ia teringat akan baju seragam sekolah korban yang memiliki indentitas. Tapi, aku tersangka, karena telah terlanjur tersangka membiarkan saja. Dari sanalah terbongkat kedoknya.
Namun tersangka yang mengaku baru dua tahun ini menjadi tukang ojek, saat melakukan tindakan pemerkosaan dan pembunuhan tidak ada rasa hiba dan kasiahan, meski antara dirinya telah saling kenal dengan korban. Tapi, karena akunya, dirinya telah kemasukan setan, ditambah lagi ia hanya sendirian tinggal di rumahnya. Sementara itu, kedua orang tuanya tinggal di Sungai Puar Kabupaten Agam.
“Saya sangat menyesal sekali atas tindakan membunuh dan memperkosa korban. Namun, bagaimana lagi, saya telah terlanjur berbuat nekat pada korban. Apalagi saya telah berusia 32 tahun belum juga berkeluarga hingga kini. Tapi, niat saya pertama hanya untuk menyetubuhi korban, namun korban menolak. Akibatnya, saya kalap dan berbuat nekat membunuh korban,” akunya.
Kapolres Padangpariaman melalui Kaur Reskrim IPDA Anton Rompas kepada POSMETRO (Grup Padang today) menyatakan, yang mengungkap kasus adalah Polres Padangpariaman. Karena saat kita mengetahui korban adalah siswi SMP Negeri 1 Padang. Makanya, saat itu petugas datang ke sekolahnya.
Namun, saat itu tersangka telah ada di sekolah, karena ditelpon ibu korban.Dari sanalah kita melakukan pengembangan. Akibatnya, “HB” ditetapkan sebagai tersangka pembunuhan siswi SMP Negeri 1 Padang sebagai tersangka tunggal. Sebab, tersangka mengaku membawa mayat korban dibungkus karung plastik pupuk hanya sendirian tanpa dibantu orang lain. Kemudian petugas menemukan HP dalam kamar rumah dan nomor HP korban di dompet tersangka.
Makanya, tersangka kita tetapkan sebagai tersnagka tunggal. Untuk sementara tersangka dijerat dengan pasal berlapis, mulai dari 338, 340, 353, 351, 285 yunto 365 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Namun kemungkinan tersangka diproses lebih jauh di Poltabes Padang, karena saksi dan TKP pembunuhan juga di wilayah hukum Poltabes Padang,” tandas Kaur Reskrim Anton Rompas. (*)