Stasiun televisi berita Al-Jazeera, Rabu 27 Oktober 2010, menyiarkan rekaman seseorang, yang diduga adalah suara Osama bin Laden, pemimpin jaringan teroris al-Qaeda.
Dalam rekaman tersebut, bin Laden memperingatkan pemerintah Prancis menarik tentaranya dari Afghanistan dan mencabut larangan pemakaian burqa.
“Jika kalian ingin menindas kami dan berpikir bahwa kalian berhak melarang wanita mengenakan burqa, berarti kami juga berhak untuk mengusir tentara pendudukan kalian dari tanah kami dan menebas leher mereka semua,” ujar rekaman suara itu seperti yang juga dilansir dari laman stasiun televisi CNN.
“Satu-satunya cara untuk mengamankan negara dan tetap menjaga keamanan kalian adalah dengan menarik semua ketidakadilan dan pembatasan yang kalian terapkan kepada orang-orang kami, dan yang terpenting adalah menarik semua tentara kalian dari perang hina Bush di Afghanistan,” lanjut rekaman itu.
Rekaman tersebut hanya terdiri dari suara saja, tanpa rekaman visual. Belum ada bukti kuat yang menunjukkan bahwa rekaman itu adalah benar-benar suara Osama bin Laden. Namun, para ahli intelijen AS mengatakan bahwa belum pernah ada rekaman palsu suara bin Laden sebelumnya.
“Jika kalian membunuh kami, kalian juga akan kami bunuh. Jika kalian memenjarakan kami, kalian akan kami penjarakan, dan jika kalian mengancam keamanan kami, kami juga akan mengancam keamanan kalian. Pelaku ketidakadilan adalah penjahat yang sebenarnya,” lanjut rekaman tersebut.
Belum ada komentar lansung dari pemerintah Prancis, namun pengamat teror CNN, Paul Cruickshank, mengatakan bahwa pemerintah Prancis akan menanggapi ancaman ini dengan sangat serius.
Anggota parlemen Prancis dari partai UMP, Lionel Lucas, mengatakan bahwa pemerintah sudah seharusnya menanggapi ancaman ini dengan serius dan tidak menyerah pada teroris.
“Jika kita lemah, maka kita akan semakin rapuh dan semakin menjadi sasaran dari teroris ini. Jadi kita harus tetap tegas dan ketegasan terkadang sulit dan menyakitkan,” ujar Lucas pada siaran radio RTL.
Saat ini, Prancis memang tengah bersiaga menghadapi ancaman serangan teror. Warna merah yang tercantum pada tingkat ancaman teror di Prancis adalah yang kedua tertinggi.
Sebelumnya, menara Eiffel telah dievakuasi dua kali dalam sebulan terakhir karena ancaman bom melalui telepon. Serangan terorisme yang diduga sedang dirancang untuk menyerang Eropa, disinyalir akan serupa dengan serangan teror di Mumbai pada 2008 lalu yang menewaskan lebih dari 100 orang. (umi)
“Jika kalian ingin menindas kami dan berpikir bahwa kalian berhak melarang wanita mengenakan burqa, berarti kami juga berhak untuk mengusir tentara pendudukan kalian dari tanah kami dan menebas leher mereka semua,” ujar rekaman suara itu seperti yang juga dilansir dari laman stasiun televisi CNN.
“Satu-satunya cara untuk mengamankan negara dan tetap menjaga keamanan kalian adalah dengan menarik semua ketidakadilan dan pembatasan yang kalian terapkan kepada orang-orang kami, dan yang terpenting adalah menarik semua tentara kalian dari perang hina Bush di Afghanistan,” lanjut rekaman itu.
Rekaman tersebut hanya terdiri dari suara saja, tanpa rekaman visual. Belum ada bukti kuat yang menunjukkan bahwa rekaman itu adalah benar-benar suara Osama bin Laden. Namun, para ahli intelijen AS mengatakan bahwa belum pernah ada rekaman palsu suara bin Laden sebelumnya.
“Jika kalian membunuh kami, kalian juga akan kami bunuh. Jika kalian memenjarakan kami, kalian akan kami penjarakan, dan jika kalian mengancam keamanan kami, kami juga akan mengancam keamanan kalian. Pelaku ketidakadilan adalah penjahat yang sebenarnya,” lanjut rekaman tersebut.
Belum ada komentar lansung dari pemerintah Prancis, namun pengamat teror CNN, Paul Cruickshank, mengatakan bahwa pemerintah Prancis akan menanggapi ancaman ini dengan sangat serius.
Anggota parlemen Prancis dari partai UMP, Lionel Lucas, mengatakan bahwa pemerintah sudah seharusnya menanggapi ancaman ini dengan serius dan tidak menyerah pada teroris.
“Jika kita lemah, maka kita akan semakin rapuh dan semakin menjadi sasaran dari teroris ini. Jadi kita harus tetap tegas dan ketegasan terkadang sulit dan menyakitkan,” ujar Lucas pada siaran radio RTL.
Saat ini, Prancis memang tengah bersiaga menghadapi ancaman serangan teror. Warna merah yang tercantum pada tingkat ancaman teror di Prancis adalah yang kedua tertinggi.
Sebelumnya, menara Eiffel telah dievakuasi dua kali dalam sebulan terakhir karena ancaman bom melalui telepon. Serangan terorisme yang diduga sedang dirancang untuk menyerang Eropa, disinyalir akan serupa dengan serangan teror di Mumbai pada 2008 lalu yang menewaskan lebih dari 100 orang. (umi)
• VIVAnews