Tragedi Sukhoi Superjet 100 yang jatuh di Gunung Salak membuat lokasi jatuhnya pesawatnya itu semakin disorot. Beberapa hal yang terjadi di Gunung Salak menjadi perhatian publik, diantaranya hal gaib atau hal mistis yang terjadi di Gunung tersebut.
Gunung Salak memiliki tujuh puncak dengan puncak tertingginya bernama Puncak Salak I dengan ketinggian 2.211 Mdpl, lokasi ini jarang dikunjungi karena dianggap angker.
Di puncak tertinggi terdapat sebuah makam, dan kabarnya makam tersebut merupakan makam dari Mbah Gunung Salak, nama ini masih belum dipastikan kebenarannya. Tidak ada tanda bahwa ada jasad Mbah Gunung Salak disemayamkan disana. Hanya ada sebuah peringatan yang ditulis dalam bahasa Jawa ngoko (kasar). Peringatan tersebut menyatakan supaya pengunjung (pendaki) berperilaku sopan dan yang perempuan dilarang mendekati makam.
Namun, ada kabar bahwa makam ini hanyalah ulah seseorang yang bertujuan memberi kesan mistis Angker dengan tujuan agar tidak banyak para pendaki yang datang. Selain itu terdapat makam lain yaitu makam Pangeran Santri. Bila turun dari puncak menuju desa Girijaya atau mulai mendaki dari desa tersebut, kita akan melewati komplek makam Pangeran Santri. Lokasinya yang tinggi di lereng gunung dengan susunan pepohonan menjulang rapat semakin menjadikan tempat tersebut sunyi senyap. Tidak ada suara kehidupan manusia selain dua orang juru kunci dan binatang hutan yang ada disekitar makam tersebut.
Meski penuh dengan kisah mistis dan terkesan angker, gunung Salak memiliki pemandangan yang luar biasa indah. Dengan hutan yang penuh berbagai spesies tanaman, diantaranya kantung semar dan anggrek hutan jenis dendrobium dan binatang yang jarang ditemui seperti elang jawa (Spizaetus bartelsi).
Penamaan Gunung Salak sendiri masih belum jelas, ada yang menyebutkan Gunung Salak diambil dari bahasa sansekerta 'Salaka' yang berarti perak. Maka Gunung Salak bermakna 'Gunung Perak'. Ada juga yang menyebut di lereng gunung tersebut pernah berdiri sebuah kerajaan bernama Salakanagara pada abad IV dan V Masehi, dan nama depan kerajaan dijadikan nama Gunung tersebut.
Menurut sumber sejarah, Kerajaan Salakanagara dipimpin oleh seorang raja dengan gelar Raja Dewawarman I-VIII. Terungkapnya kerajaan Salakanagara bermula dari penemuan tulisan Raja Cirebon yang berkuasa tahun 1617 Wangsakerta, yang ditemukan pada abad ke-19 Masehi. Dari sinilah kemudian diketahui, jika kerajaan Hindu pertama di Pasundan bukan Tarumanagara, tapi Salakanagara.
Versi yang beredar di warga sekitar lereng gunung mengatakan jika ada buah salak raksasa. Namun di gunung tersebut terdapat banyak sekali petilasan atau tempat bersemedi para raja dan pengikutnya. Petilasan suci itu tersebar di berbagai titik. Seperti petilasan milik raja Pajajaran, Prabu Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi di kaki Gunung Salak di daerah Bogor dengan total mencapai puluhan lokasi.
Gunung Salak memiliki tujuh puncak dengan puncak tertingginya bernama Puncak Salak I dengan ketinggian 2.211 Mdpl, lokasi ini jarang dikunjungi karena dianggap angker.
Di puncak tertinggi terdapat sebuah makam, dan kabarnya makam tersebut merupakan makam dari Mbah Gunung Salak, nama ini masih belum dipastikan kebenarannya. Tidak ada tanda bahwa ada jasad Mbah Gunung Salak disemayamkan disana. Hanya ada sebuah peringatan yang ditulis dalam bahasa Jawa ngoko (kasar). Peringatan tersebut menyatakan supaya pengunjung (pendaki) berperilaku sopan dan yang perempuan dilarang mendekati makam.
Namun, ada kabar bahwa makam ini hanyalah ulah seseorang yang bertujuan memberi kesan mistis Angker dengan tujuan agar tidak banyak para pendaki yang datang. Selain itu terdapat makam lain yaitu makam Pangeran Santri. Bila turun dari puncak menuju desa Girijaya atau mulai mendaki dari desa tersebut, kita akan melewati komplek makam Pangeran Santri. Lokasinya yang tinggi di lereng gunung dengan susunan pepohonan menjulang rapat semakin menjadikan tempat tersebut sunyi senyap. Tidak ada suara kehidupan manusia selain dua orang juru kunci dan binatang hutan yang ada disekitar makam tersebut.
Meski penuh dengan kisah mistis dan terkesan angker, gunung Salak memiliki pemandangan yang luar biasa indah. Dengan hutan yang penuh berbagai spesies tanaman, diantaranya kantung semar dan anggrek hutan jenis dendrobium dan binatang yang jarang ditemui seperti elang jawa (Spizaetus bartelsi).
Penamaan Gunung Salak sendiri masih belum jelas, ada yang menyebutkan Gunung Salak diambil dari bahasa sansekerta 'Salaka' yang berarti perak. Maka Gunung Salak bermakna 'Gunung Perak'. Ada juga yang menyebut di lereng gunung tersebut pernah berdiri sebuah kerajaan bernama Salakanagara pada abad IV dan V Masehi, dan nama depan kerajaan dijadikan nama Gunung tersebut.
Menurut sumber sejarah, Kerajaan Salakanagara dipimpin oleh seorang raja dengan gelar Raja Dewawarman I-VIII. Terungkapnya kerajaan Salakanagara bermula dari penemuan tulisan Raja Cirebon yang berkuasa tahun 1617 Wangsakerta, yang ditemukan pada abad ke-19 Masehi. Dari sinilah kemudian diketahui, jika kerajaan Hindu pertama di Pasundan bukan Tarumanagara, tapi Salakanagara.
Versi yang beredar di warga sekitar lereng gunung mengatakan jika ada buah salak raksasa. Namun di gunung tersebut terdapat banyak sekali petilasan atau tempat bersemedi para raja dan pengikutnya. Petilasan suci itu tersebar di berbagai titik. Seperti petilasan milik raja Pajajaran, Prabu Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi di kaki Gunung Salak di daerah Bogor dengan total mencapai puluhan lokasi.