Australia – Situs porno online tidak hanya bisa dinikmati oleh pengguna internet berusia dewasa. Akses yang mudah dan tidak adanya pengawasan, membuat situs porno ramai dikunjungi remaja. Parahnya lagi, para remaja nekad menghabiskan uang orangtuanya, demi me-download film porno.
Ilustrasi: Terjadi peningkatan jumlah remaja terhadap kecanduan film porno. Mereka menggunakan kartu kredit orangtuanya, yang digunakan untuk pembayaran di situs seks online. (Gambar: Google) |
Kecanduan untuk mengunjungi situs porno dialami dua remaja asal Australia, yang identitasnya sengaja disembunyikan. Mereka menghabiskan uang sebesar US$ 19 ribu atau sekitar Rp 175.142.000, guna membayar film porno dari situs berbayar.
Data ini diungkap oleh konselor seks dan kecanduan obat di Adelaide, Robert Mittiga. Ia mengatakan remaja mengalami peningkatan jumlah yang mencari bantuan terhadap kecanduan film porno. Mereka menggunakan kartu kredit orangtuanya, yang digunakan untuk pembayaran di situs seks online.
Berdasarkan berita yang dilansir dari Adelaide, Minggu (13/5), satu pemuda menghabiskan US$ 13.000 (Rp 119.834.000) selama delapan hingga sembilan bulan me-download film porno, dan seorang lainnya menghabiskan US$ 6.000 (Rp 55.308.000). Dua anak itu masing-masing berusia 14 dan 15 tahun.
"Otak mereka belum mampu untuk memproses apa yang mereka lihat dan sangat berisiko mengalami kecanduan. Dan itu adalah kecanduan yang sangat dahsyat, mengganggu proses pengembangan dan belajar tentang hubungan sehat," ujar Mittiga.
Selama ini, Mittiga juga melakukan konseling layanan perjudian dan pengobatan terhadap remaja di Australia. Ia mengatakan, anak-anak puber usia 12 tahun yang me-download pornografi melalui komputer atau ponsel, membuat mereka memiliki risiko signifikan terhadap bahaya psikologis.
Mittiga menyarankan agar orangtua perlu memperhatikan aktivitas online anaknya, dengan menginstal firewall ataupun menetapkan batas waktu, berapa lama anak bisa menggunakan layanan online internet atau di ponsel.
"Teknologi tidak memiliki batasan untuk mengeksplorasi dunia. Karenanya perlu dilakukan pengawasan kepada anak. Mereka perlu belajar dan memahami seksualitas yang sehat. Sedangkan paparan pornografi melalui film adalah di luar kendali," tuturnya.
Penelitian Universitas Sydney yang dirilis pekan ini menemukan 43 persen pengguna pornografi biasa melalui gambar pertama kali, dilakukan dalam rentang usia 11 hingga 13 tahun. Penelitian terhadap 800 orang melalui survey internet ini juga menghasilkan 47 persen menghabiskan waktu 30 menit hingga 3 jam sehari menonton pornografi, dan 30 persen mengaku menderita karena menonton berlebihan.