Pakar gizi dari Institut Pertanian Bogor (IPB) mengatakan pola konsumsi teh hitam secara rutin minimal 2 cangkir sehari, dapat menekan peluang munculnya penyakit jantung koroner yang disebabkan oleh penumpukan kolesterol hingga 40%.
"Kolesterol yang sedianya akan menumpuk di pembuluh darah tidak jadi melekat di pembuluh darah jantung, karena proses oksidasinya dibuyarkan oleh zat anti-oksidan di dalam teh hitam," kata Prof Dr Ir Ali Khomsan, guru besar pangan dan gizi IPB, di Jakarta.
Menurut Ali, antioksidan dalam teh hitam menghambat proses oksidasi kolesterol jahat (LDL). Bila LDL teroksidasi, maka penyumbatan pembuluh darah akan mudah terjadi dan resiko terserang penyakit jantung pun meningkat.
"Dalam proses pembuatan teh hitam, antioksidan catechin berubah menjadi theaflavin," ujarnya.
Mengutip hasil penelitian Prosenjit dan Sukta tahun 2003, "Theaflavin mempunyai laju penangkapan radikal bebas yang lebih tinggi daripada EGCG (epigallocatechin-3-gallate), atau lebih banyak 36,7%."
Selain itu theaflavin juga meningkatkan antioksidan alami yang diproduksi oleh tubuh, yakni glutation peroksidase dan katalase.
Prosenjit dan Sukta bahkan berkesimpulan theaflavin dalam teh hitam mempunyai aktivitas antioksidan yang lebih kuat daripada vitamin E dan vitamin C.
Sebagai negara yang ekonominya sedang berkembang, pola makan masyarakat Indonesia yang lebih sering menyantap makanan memicu angka kanker dan penyakit jantung.
Tren kematian akibat penyakit jantung koroner (PJK) di Indonesia terus menunjukkan kenaikan seiring dengan peningkatan kesejahteraan.
Pada tahun 1975, tercatat sekitar 5,9% kematian di Indonesia disebabkan oleh PJK.
Sementara pada tahun 1995 telah melonjak jadi 19%, dan diperkirakan di tahun 1999 sekitar 25% kematian di Indonesia disebabkan oleh penyakit jantung koroner.